Pada tahun 2045 Indonesia genap memperingati 100
tahun kemerdekaan Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Indonesia emas. Tahun
di mana tantangan perkembangan zaman yang semakin besar. Dalam menyongsong
Indonesia emas 2045 indonesia harus mempersiapkan sumber daya manusia yang
handal. Telah kita ketahui berita dari media massa baik cetak maupun elektronik
yang memberitakan kasus-kasus kejahatan dan kriminalitas yang melanda bangsa
ini yang semakin merajalela. Oleh karena itu, tentunya kita tidak ingin para
generasi penerus bangsa menjadi hancur karena kasus-kasus tersebut. Banyak dari
kalangan akademis yang tersangkut dalam kasus korupsi. Padahal dari segi
intelektual mereka tidak diragukan lagi. Tetapi sayangnya lemahnya moralitas
serta tuntutan perilaku yang konsumtif dan hedonis menjadikan mereka tersangkut
kasus-kasus tersebut. Upaya untuk memperbaiki Sumber Daya Manusia menuju
Indonesia Emas 2045 adalah upaya pendidikan karakter. Bangsa ini tidak hanya
menginginkan generasi yang cerdas dari segi intelektual dan ketrampilan tetapi
yang lebih penting adalah generasi yang bermoral. Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam
rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan
individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan.
Hakikat
Pendidikan
Sesuai
dengan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari kutipan yang terdapat pada UU
RI No 20 tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional sudah jelas bahwa
pendidikan bukan hanya terfokus untuk mencetak generasi yang cerdas tetapi juga
berfokus untuk mencetak generasi yang berkarakter. Dalam hal ini pendidikan
sebagai sarana untuk belajar siswa memiliki peran yang sangat penting dan
diharapkan mampu menjadi lembaga yang mampu mencetak generasi yang cerdas dan
berkarakter. Theodore Roosevelt
mengatakan: “To educate a person in mind
and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang
dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya
kepada masyarakat)
Kualitas
suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Sebagai wujud peningkatan
kualitas pendidikan bangsa Indonesia pemerintah melalui bidang pendidikan
hendak memperbaiki sumber daya manusia khususnya upaya perbaikan karakter
bangsa. Dalam hal ini guru sebagai pendidik di sekolah mempunyai tanggungjawab
yang besar untuk mencerdaskan siswa. Pendidikan karakter sebagai upaya untuk memperbaiki
moral generasi bangsa diinternalisasikan melalui lembaga pendidikan formal
yaitu sekolah. Lembaga pendidikan atau sekolah memiliki tugas untuk memperbaiki
kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia
Guru Sebagai pendidik
Pada umumnya Istilah mengajar dan
mendidik sering disamakan maknanya. Pada hakikatnya konsep mengajar dan
mendidik memiliki perbedaan. Mengajar merupakan upaya untuk mentransfer pengetahuan/knownledge. Sedangkan mendidik meupakan
upaya untuk mentransfer knownledge and
value. Guru sebagai pendidik tidak hanya bertugas untuk mengajar, namanya
saja pendidik guru bukan hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran di
sekolah tetapi juga menanamkan nilai-nilai kehidupan. Proses pendidikan anak
pertama kali berlangsung di dalam lingkungan keluaraga. Selain orang tua
sebagai pendidik utama tentunya lembaga pendidikan sebagai tempat belajar siswa
memiliki tanggung jawab untuk mencerdaskan bangsa. Dalam hal ini guru sebagai
subjek dalam pendidikan yang langsung berinteraksi dengan siswa memiliki peran
dalam pembentukan karakter siswa dalam rangka mempersiapkan generasi emas 2045.
Guru sebagai pendidik di sekolah merupakan suri tauladan bagi siswa. Selain
sebagai suri tauladan bagi siswa guru memiliki peranan yang lain yang sangat
penting bagi perkembangan karakter anak.
Guru merupakan orang tua kedua bagi
anak. Guru merupakan orang tua ketika di sekolah. Menjadi pendidik atau guru
merupakan tugas mulia manusia. Pada hakikatnya semua manusia adalah
guru/pendidik. Namun dalam hal ini pendidik yang dimaksud adalah pendidik dalam
lembaga pendidikan. Peran guru sangat penting terhadap perkembangan anak.
Karena guru memiliki tanggungjawab penuh terhadap perkembangan anak di sekolah.
Guru Sebagai Suri Tauladan yang
baik
Istilah
“Guru” dalam bahasa jawa sering diungkapkan sebagai “digugu lan ditiru”. Dalam bahasa jawa tersebut jika diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia profesi seorang guru adalah identik dengan dipatuhi dan
dicontoh. Maksudnya “digugu” atau dipatuhi
adalah segala hal perkataan dan perintah guru harus dipatuhi oleh peserta
didik. Sedangkan “ditiru“ memiliki
arti dicontoh yakni meliputi tindakan dan perkataan guru dalam kehidupan
sehari-hari. Anak-anak sekolah khususnya tingkat dasar lebih memilih percaya pada
perkataan guru daripada orang tuanya sendiri. Misalnya dalam hal pelajaran guru
mengajarkan materi pelajaran tentang kesehatan, sedangkan di rumah ketika siswa
belajar dengan orang tua terkadang dengan materi yang sama namun isinya sedikit
berbeda siswa. Maka anak tersebut akan lebih percaya pada jawaban dari guru
ketika di sekolah. Walaupun siswa tersebut belum tentu mengerti mana kebenaran
yang asli. Selain dalam hal pembelajaran atau wawasan, dalam hal tingkah laku
guru ketika di kelas menyampaikan tindakan yang seharusnya dilakukan oleh
siswa. Namun, ketika di rumah orang tuanya mengatakan yang berbeda siswa
tersebut biasanya mengatakan kepada orang tuanya “kata bu guru seperti ini, bukan kayak gitu”.
Dari pemaparan contoh di atas, dapat
disimpulkan bahwa peran guru dalam mendidik anak di sekolah sangat mengena bagi
siswa. Terlebih bagi pendidikan tingkat dasar. Pendidikan dasar merupakan
fondasi awal dalam proses pendidikan yang dijalani oleh anak setelah pendidikan
di keluarga. Sebagai pendidik yang memiliki peran utama mencerdaskan kehidupan
bangsa, sebaiknya membekali diri agar bisa menjadi suri tauladan yang baik
untuk peserta didik. Dengan harapan sikap yang baik dari guru akan berpengaruh
dan ditiru oleh siswa sehingga siswa akan senantiasa menjadikan kebiasaan yang
nantinya akan melekat di hati anak.
Guru sebagai penentu Tata Tertib di
sekolah
Sekolah
memiliki aturan dan tata tertib khusus bagi siswa-siswanya. Tata tertib
tersebut dibuat oleh para guru beserta tenaga pendidik di sekolah yang disesuaikan
dan dipertimbangkan secara matang. Hal ini bertujuan agar siswa mampu
berdisiplin dan tertib terhadap aturan yang berlaku. di dalam sekolah setiap
kelas memiliki tata tertib sendiri yang tentunya lebih khusus. Peraturan itu
dibuat khusus untuk ketertiban di kelas. Biasanya pada tahun ajaran baru
sebelum guru kelas memulai kegiatan pembelajaran guru membuat tata tertib dan
konsekuensi yang ditetapkan bersama dengan siswa. siswa diajak untuk membuat
peraturan kelas. Menurut Syamsul Yusuf (2000) Pada usai sekolah dasar, anak
sudah dapat mengikuti peraturan dan tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya.
Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu
peraturan. Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa usia anak
sekolah dasar sudah mampu menyadari akan peraturan dan pentingnya peraturan.
Khususnya di sekolah. Melalui tata tertib yang dibuat dan disepakati bersama
akan mampu melahirkan anak-anak yang disiplin, patuh, dan bertanggung jawab. Anak sekolah yang mematuhi tata tertib akan manjadikan kebiasaan
bagi mereka. Sehingga ketika sejak kecil mereka sudah terbiasa dengan taat pada
peraturan diharapkan dapat menjadikan kebiasaan yang tertanam dalam diri
mereka.
Pemilihan Strategi Pembelajaran
Seiring
dengan perkembangan zaman yang didikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi membawa perubahan bagi dunia pendidikan. Pendidikan sebagai suatu
hal yang urgen akan memiliki dampak terhadap perkembangan Sumber Daya Manusia
suatu negara. Seiring dengan berkembangnya kurikulum menuntut para kalangan
akademis ataupun ilmuwan menciptakan strategi, pendekatan, model, metode, media
dan teknik pembelajaran yang terbaru. Hal tersebut dilakukan karena mengingat
strategi pembelajaran di sekolah pada zaman dulu dianggap konvensional dan
kurang memberikan hasil belajar yang bermakna bagi siswa.
Banyak jenis-jenis strategi yang
muncul yang dikaitkan dengan aspek-aspek kehidupan. Guru sebagai pendidik
tentunya memilki hak otoritas untuk memilih strategi mana yang tepat. Namun,
mencuatnya pendidikan karakter baru-baru ini membuat guru berfikir keras untuk
mengemas suatu pembelajaran yang bernilai karakter. Salah satu langkah guru
adalah melalui pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi
pembelajaran yang dipilih hendaknya yang secara tersirat mampu membentuk
karakter siswa.
Pendidikan karakter di sekolah tidak
secara langsung menjadi suatu bidang studi/mata pelajaran khusus, tetapi
melalui internalisasi dalam setiap strategi pembelajaran. Misalnya dalam
memilih model pembelajaran cooperative
learning yang tujuan utamanya meningkatkan sikap kerjasama peserta didik,
Model pembelajaran kontekstual dapat melatih siswa untuk peduli terhadap
lingkungan sekitar, Model pembelajaran discovery
learning mampu membentuk sikap rasa ingin tahu dan kreatif bagi peserta
didik. Selain strategi pembelajaran dalam bentuk model atau metode, nilai-nilai
kearifan lokal atau budaya dapat diinternalisasikan dalam proses pembelajaran.
Hal tersebut, sebagai upaya untuk mengenalkan kepada peserta didik tentang
buaya lokal. Sehingga karakter cinta budaya akan senantiasa terbentuk.
Walaupun pendidikan karakter tidak
secara langsung diberikan alokasi pembelajaran, namun melalui strategi
pembelajaran yang tepat akan melahirkan generasi yang bukan hanya kuat
intelektualnya tetapi kuat moralnya. Itulah mengapa strategi pembelajaran
sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Guru seharusnya
memilih-milih stategi yang menarik dan bernilai karakter.
Kerjasama Guru dan Orang tua
Sekolah merupakan tempat pendidikan
kedua bagi siswa setelah pendidikan dalam keluarga. Anak mulai mendapat
pendidikan ketika ia pertama kali lahir dan dibesarkan di dalam lingkungan
keluarga. Otomatis keluarga memiliki peranan yang sangat penting bagi
pendidikan anak. Setelah anak memasuki dunia sekolah maka orang tua melimpahkan
proses pendidikannya anak kepada guru ketika di sekolah. Tetapi proses
pendidikan dalam keluarga tetap berlangsung. Pihak pendidikan yang diberi
wewenang dalam mendidik anak secara tidak langsung memiliki tanggung jawab
terhadap proses perkembangan anak. Oleh karena itu, guru tidak mungkin bisa
berjalan sendiri tanpa bantuan dari orang tua. Guru harus melakukan kerja sama
dengan orang tua agar visi dalam mendidik anak dapat searah dan sejalan. Guru
dapat melakukan komunikasi dengan orang tua dalam hal perkembangan anak. Agar
pendidikan sikap disekolah dapat selaras dengan pendidikan di rumah.
100 tahun
kemerdekaan indonesia merupakan karunia tuhan yang terindah. Melihat
perkembangan bangsa ini sejak zaman penjajahan hingga bisa dikatakan negara
berkembang dengan pesat. 100 Tahun kemerdekaan Indonesia tentunya menjadikan
harapan yang lebih baik bagi bangsa ini. Perbaikan Sumber Daya Manusia menjadi
salah satu fokus utama dari bangsa ini agar mampu bersaing di dunia
internasional. Melihat berbagai fenomena krisis moralitas bangsa ini menjadikan
gagasan pendidikan karakter semakin digalakkan. Lembaga pendidikan khususnya
pendidik atau guru memiliki peran utama dalam pembentukan karakter anak. Semoga
dengan adanya optimalisasi peran guru dalam mendidik peserta didik dapat
melahirkan generasi bangsa yang berkarakter agar mampu menuju indonesia emas
2045.