Senin, 16 Desember 2013

Perebutan Kursi Petinggi Desa



Jauh-jauh hari telah digembar-gemborkan semenjak masa akhir jabatan kepala desa, yakni akan adanya pesta demokrsi di desa “pemilihan kepala desa”. Semua warga telah mempersiapkan membrikan dukungan terhadap calon-calon pemimpin yang akan mengaktualisasikan seluruh kemampuanya dengan jiwa kepemimpinannya untuk desa tercinta.
Warga mulai berbondong-bondong bergerombol memusat untuk mendukung calon yang akan memimpin desa ini. Cuaca mulai memanas dan suhu politik mulai meningkat ketika awal bulan oktober merupakan pendaftaran bakal calon yang akan mengisi kursi pemimpin desa. Para tim sukses mulai mengambil strategi sejak dini, mengadakan blusukan ke tiap-tiap rumah warga. Dan iklim politikpun mulai memanas.
Bagi warga biasa, ajang pemilihan kepala desa menjadi hal yang ditunggu-tunggu. Karena pada masa ini akan ada gambar soekarno hatta yang bertebaran dimana-mana. Apalagi bagi warga yang tidak memiliki hubungan atau dukungan bagi calon-calon atu bisa diartikan sebagai orang netral. Mereka akan mendapatkan amplop dari semua calon kepala desa.
Mendekati hari H pemilihan kepala desa, mulai kucermati bagaimana sistem politik yang terjadi di desaku. Dan mungkin inilah yang menjadi tradisi yang sudah mendarah daging dan sejak lama ada turun-temurun. Aku tak bisa menyalahkannya, namun aku berhak beropini tentang apa yang terjadi di desa ini. Mungkinkah ini yang telah menjadi sistem demokrasi warga.
Demokrasi hanya berdominasikan dengan tebalnya isi amplop. Mereka lebih memilih pemimpin yang memberikan uang yang banyak. Dan terkadang anehnya materi dijadikan sebagai jaminan sebagai dorongan untuk mendaptkan suara yang dikehendakinya. Para calon rela membayar lebih hanya untuk mendapatkan suara terbanyak.
Kemudian bagaimanakan hakikat pemimpin di desa ini. Kekerabatan mungkin yang kutangkap dari tema pemilihan kepala desa. Bukankah ada yang lebih penting dari sebuah kekerabatan. Janji, visi, dan misi mereka yang menurutku lebih kupertimbangkan. Namun, bukan berarti aku tak memilih kerabatku ketika ada salah satu dari kerabatku yang mencalonkan diri sebagai kepala desa. Aku hanya berspekulasi mengambil kesismpulan dari pilkades kemarin, yaitu kekerabatan dan dendam. Dua kata tersebut yang bisa kuungkapkan. Tentang dendam menurutku wajar adanya. Masyarakat yang menjadi pendukung pemimpin yang telah berhasil memenagkan pilkades, kelak nantinya berpotensi mengisi posisi terpenting di aparat pemerintahan desa. Terlebih jika mereka kerabatnya. Akan lebih diprioritaskan. Bukankah ini termasuk praktik nepotisme. Terus apakah selama ini demokrasi disalahartikan. Ataukah ini memang tradisi yang telah mengakar. Seperti inikah konsep demokrasi negeri ini. Para kerabatnya berbondong-bondong untuk mengisi posisi yang ditawarkan. Seperti halnyasebuah kompetisi tentunya ada yang menang dan ada yang kalah. Nah, bagi yang kalah, otomatis mereka akan menghakimi sendiri tabiat sang pemimpin. Mencemarkan nama baik sang pemimpin. Bukankah setiap manusia memilik hak yang sama. Dan dendamlah yang akan terjadi. Menyimpan dendam yang teramat dalam. Menyebabkan hubungan mereka menjadi renggang atau berselimutkan kebencian. Padahal rumah mereka hanya berbataskan sekat dinding. Kemudian inikah sikap warga yang menjunjung tinggi demokrasi ??
Entahlah aku yang belum mengetahuiinya ataukah aku yang salah memberikan persepsi. Selama ini yang kulihat baru seperti itu, aku belajar hidup di masyarakat. Dan ternyata seperti itukah sistem kehidupan di masyarakat. Tradisi ataukah evolusi yang kupahami mungin belumlah sempurna. Karena aku baru berusia kepala dua. Masih banyak cerita-cerit lain yang seharusnya aku cermati, aku ambil manfaatnya untuk bekal hidup di masyarakat.

Ceritaku 24 Nopember 2013

Selasa, 26 November 2013

Berbagi Ilmu Berbagi Pengamalan


Sekeping Logam Untuk Sang Penjelajah Bis
By : Junaidah
Setiap kali raga ini melintasi sepanjang jalan menuju kentingan kampus utama UNS. Ataupun ketika aku mudik ke kampung halaman. Setiap pulang dari solo ke purwodadi menaiki bus Rela. Ketika sampai di perempatan taman tirtonadi atau di rel masuk kota solo yang lebih dikenal dengan joglo. Setiap kali kumelintasi jalan itu selalu kutemui para pengamen jalan yang memetik senar ukulelenya demi mengaharapakna sekeping uang logam dari para penumpang bus. Seringkali tak satupun dari mereka yang memberikan sebagian rizkinya untuk para pengamen. Tidak perlu disalahkan untuk mereka. Ada alasan tersendiri bagi mereka tidak memiliki uang receh, memang benar-bearpelit, ataukah mereka tidak mau membiarkan para pengamen menggantungkan hidupnya dengan meminta-meminta melalui sarana bernyanyi dari satu bis ke bisa yang lain.
Akupun tak munafiq seringkali merasa risih dengan dandanan mereka yang kumuh ketika baru naik ke atas bis. Danadanan mereka yang kumel, rambutnya disemir gimbal, dengan baju yang compang-camping, bolong-bolong, serta kadang bau yang agak mengganggu. Namun, dibalik penampilannya terkadang ada yang membuat kita merasa terkagum dengan lagu yang dilantunkan. Suara mereka sangat bagus, dan musik yang dimainkannya cukup indah. Hal itu yang membuat aku terkagum.
Melihat fenomena di atas, seharusnya mereka yang memiliki bakat menyanyi diberikan hak yang sama dengan yang lain. Seharusnya mereka dikumpulkan dan diberikan pendidikan khusus tentang dunia musik. Mereka sama dengan yang lain yang berhak mendapatkan pendidikan di Indonesia. Seharusnya pemerintah memberikan kesempatan mereka untuk terus mengasah bakatnya lewat layanan yang diakui oleh pemerintah. Sehingga mereka tak berkeliaran dari satu bus ke bus yang lain.
Petikan ukulele sang pengamen, tabuhan kendang sang pengamen, petikan gitar sang pengamen jalanan, ataupun hanya lantunan suara dari mereka telah menjadi hiburan tersendiri bagi para penumpang bus. Dibalik aksi naik turunya di bus, kita tak pernah tau kehidupan mereka yang sebenarnya. Setragis yang kita bayangkan ataukah berbading terbalik dengan yag kita asumsikan. Terkadang sebagian penumpang yang gemes dengan adanya pengamen jalanan. Ada kalanya mereka pura-pura tidur ketika sang pengamen memutarkan bungkus plastiknya dari satu tempat duduk ke tempat duduk yang lain. Apresiasi terhadap penampilan  mereka masih rendah. Masyarakat masih bersifat egois dengan rizkinya yang telah diberikan kepada Allah. Seperti hal yang telah saya ungkapkan di atas, setiap orang mempunyai prinsip tersendiri dalam mengahadapi pengamen jalanan. Namun, yang terpenting bagiku tetaplah berbagi rizki dengan makhluk Allah yang lain. Tidak ada salahnya jika kita sedikit meluangkan sebagian rizki kita untuk yang lain walaupun hanya sekeping gopek. Dengan seperti itu, kita berharap dapat membantu mereka untuk sekedar mencari sesuap nasi dengan cara naik turun bus.
Semoga Bermanfaat dan menjadi renungan bagi kita semua.

Senin, 23 September 2013

Rasa yang tak pernah bisa kumengerti

Senja kebahagiaan telah terganti dengan mendung hitam. aku kehilangan sinar-sinar terang penerang kehidupan. cahaya redup mulai melanda kehidupanku. aku kehilangan kebiasaan yang membuatku nyaman. aku sempat shock melihat kenyataan yang lain dari yang aku kira. semua berubah 180 derajat. 
aku tidak bisa menjadi yang terbaik untuk kehidupanya. dia telah pergi dengan dunia barunya. dunia yang seakan membuatnya terbebas dari kurungan kegalauan. aku senang ketika melihatmu bisa bangkit menapaki hidup ini dengan semangat baru. namun di sisi lain aku yang harus menanggung perasaanku. aku terlanjur mempunyai rasa dengan kamu. mulai saat itu dan hingga sekarang.
hanya sisa-sisa harapan yang kini masih kusimpan. ada kalanya aku tersenyum sendiri dengan segala angan-anaganku dulu. namun harus kuteteskan air mata ini hanya karena perubahan yang terjadi pada kamu. masihkah engkau menganggapku sebagai sahabatmu???? aku tak pernah menghiraukan rasa yang sedang bersarang di hatiku. aku tak menghiraukanya. aku hanya ingin persahabatan yang dulu kembali ke kehidupanku sekarang, aku butuh dan aku butuh.......
semoga engkau memahami keinginanku

Minggu, 22 September 2013

Rasa Tak Terbatas Harapan :'(

Entah apa yang menyelinap dalam jalan hidupku hingga aku bisa dekat denganmu. awalnya mungkin hanya gurauan belaka akupun bisa merasa nyaman denganmu. saat-saat membahagiakan ketika aku menemukan teman curhat senyaman kamu. kedekatan itupun tidak pernah kuanggap berharga, karena aku tahu aku bukanlah siapa-siapa. hanya sebuah kerasa nyamanan membuatku sering bertukar pikiran dan bercanda dengan kamu. begitupun aku sering menanyakan kabar rasa yang ada di hatiku kepadamu. untungnya kamu adalah tetangganya. 
aku senang bisa bersahabat dengan kamu. walalupun mungkin hal ini dianggap aneh oleh segelintir orang. mengapa aku bisa mengenalmu sedekat ini. engkau layaknya sahabat penaku yang hilang. semua datang di kamu. dan akupun percaya dan memahami. selang beberapa bulan bahkan beberapa tahun persahabatanku mulai dibumbui oleh rasa cemburu oleh kekasihmu. tidak ada yang bisa aku lakukan kecuali diam. aku merasa bersalah untuk hari itu yang telah menjalin persahabatan yang terlalu dekat. saat itu kau pun meminta aku untuk jauh darimu. oke fire,,,, aku terima. itu keputusanmu dan aku menghargainya. engkaupun tak pernah bisa memahami arti keputusan menghargaimu. kamu tak pernah bisa bertindak arif.
setelah engkau berpisah dari si dia. engkaupun kembali kepadaku kepada persahabatan yang dulu. aku bahagia akhirnya aku bisa bersahabat lagi dengan kamu. rasa persahabatan itu biasa saja. aku lebih menjaga image yang pernah terjadi dulu kala. hingga saat itu aku mulai kembali menebar senyum. aku tak lagi terpenjara oleh rasaku yang brutal. perlahan-lahan rasa brutalku menghilang bersamaan jalinan persahabatanku dengan kamu hingga saat ini.
tiba-tiba sering terjadi rasa yang aneh. aku tak pernah memperdulikanya aku hanya nyaman jika bersahabat dengan kamu. aku tak pernah menginginkan rasa itu ada. namun, sang waktu berbicara lain. ia menuntunku ke kamu dan perasaan ini. kaupun sedikit demi sedikit memaknai arti setiap jengkal pemikiranku. kamu mengetahui aku mempunyai rasa yang aneh. ternyata engkau menganggapnya biasa. aku tidak ingin rasa itu ada.
sampai saat ini rasa itupun masih ada. sering kualami kegelisahan hingga menyebabkan tiap detik aku harus membuka dindingmu. sekarang hanya ada rasa cemburu. bukan kepada mantan kekasihmu tetpai kepada kawan barumu. saat yang kulalui saat ini begitu berat serasa mendapat ujian yang harus aku alami. mungkin ini hal yang sepele bagi mereka yang lain. namun ini aneh untuku. sekarang duniamu baru dan berbeda dengan yang dulu. kenapa tak bisa kurubah rasaku sedinamis kehidupanmu.
aku tersiksa dengan keadaanku. aku menganggapmu sahabat tetapi mengapa aku harus cemburu dengan kawan-kawan barumu. orang menyuruhku bilang kalau aku suka kamu, tetapi aku sendiri merasa tak pantas buat kamu. aku bilang aku tak akan memikirkanmu tetapi mengapa aku selalu mengkhawatirkanmu. aku serba salah dengan keadaanku dan perasaanku.
mungkin aku selalu berkata let it flow, tetapi aku tak pernah bisa mengambil keputusan yang bijak. benar apa kata temanku semua kegalauanku bersumber dari fikiranku yang tak bisa menganggap kecil sebuah peristiwa. benar juga kata temanku aku sering bilang let it flow. tetapi aku hany membiarkan perasaan itu mengalir saja. aku tak pernah bisa mengambil keputusan untuk meninggalkan ataukah mengejar. tetapi pantaskah aku seorang perempuan untuk mengejar????
rasanya aku malu menjadi seorang aku, yang tidak bisa menata perasaanku sendiri. aku bisa menasehati yang lain. tetapi mengapa hatiku sendiri yang terombang-ambing oleh prioritas keputusan antara jujur dan gengsi.

semoga engkau mengerti semua tetesan ungkapan hatiku ini.

Rabu, 17 April 2013

Sekolah Alam Sebagai Alternatif Pengaplikasian Kurikulum 2013 yang Berbasis Kearifan Lokal Oleh: Junaidah




Kearifan lokal saat ini menjadi topik perbincangan bagi dunia pendidikan. Padahal jauh-jauh hari kosep kearifan lokal sudah merambah ke berbagai bidang selain pendidikan. Menurut ( kaya dan mesiga, 2005) kearifan lokal merupakan pengetahuan yang dimilki bersama oleh suatu komuniti dan diwariskan dari genarasi ke generasi. Kearifan lokal meranah berbagai bidang seperti, sumber daya, pertanian, kesehatan, teknologi serta adat istiadat atau budaya.
Dunia pendidikan Indonesia telah mengalami perkembangan kurikulum. Misalnya kurikulum 1994, kurikulum 1997, kurikulum berbasisi kompetensi ( KBK), kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP) dan yang paling terbaru di telinga kita adalah konsep kurikulum 2013. Kurikulum ini belum diumumkan secara resmi oleh pemerintah. Namun rancangannya sedikit banyak telah di pahami oleh seluruh tenaga kependidikan. Bagi tingkatan SD pembelajaran sekolah mengedepankan aspek tematik integratif. Aspek kearifan lokal diintegrasikan dalam pembelajaran sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai dari kearifan lokal dalam rangka pembentukan karakter siswa.
Selama ini, pendidikan karakter telah dikenal oleh semua orang. Namun, pengaplikasiannya dalam dunia pendidikan masih relatif rendah. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus disejajarkan dengan aspek kownledge. Pendidikan karakter sangat berperan penting bagi perkembangan kepribadian anak didik. Dengan adanya pendidikan karakter di sekolah, siswa dapat melatih diri atau membiaskan diri untuk bersikap dengan semestinya. Siswa harus mendapatkan pendidikan karakter dengan optimal. Jadi dalam hal ini seorang guru harus menuntun siswa untuk menumbuhkan karakter yang baik untuk mereka. Hal ini dimulai dengan keteladanan dari sang guru. Dengan seperti itu, siswa lebih mudah mencontoh sikap dan perilaku yang seharusnya mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sekolah alam merupakan salah satu bentuk sekolah dengan dominasi objek pembelajaran langsung dari alam. Pembelajaran seperti ini sangat efektif, karena mereka bisa langsung terjun ke lapangan melihat objek pembelajaran tanpa harus mendapatkan teori terlebih dahulu di kelas. Hal ini jauh berbeda dengan pembelajaran di sekolah biasa yang hanya diberikan teori oleh guru. kemudian siswa hanya tau tentang teori tanpa melihat langsung ke objek sasaran dengan pendampingan sang guru. Mereka hanya bisa melihat gambar dari buku. Dalam konsep sekolah alam ini semua mata pelajaran akan diintegrasikan dengan kondisi alam. Hal ini tentu cocok dengan konsep kurilkulum 2013 yang menggabungkan konsep kearifan lokal dalam pembelajaran. Disini siswa tidak hanya belajar sesuai dengan kurikulum. Tetapi mereka juga diajarkan keterampilan lain sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar. Misalnya dalam lingkungan tersebut mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Para siswa diajarkan tentang konsep bagaimana bertani dan terjun langsung ke sawah untuk belajar menanam dan memanen padi. Hal itu tentunya akan menambah efek tersendiri bagi siswa. Mereka dapat mengerti bagaimana susah payahnya petani dalam menghasilakan padi hingga sampai bisa dimakan dalam bentuk nasi. Selain itu, mereka juga akan akan dilatih untuk kerjasama dengan sesama teman yang lain. Mereka juga diajarkan untuk berperilaku jujur, bertanggung jawab, dan sabar. Selain itu, konsep sekolah alam telah mengajarkan para siswa untuk peduli terhadap alam, untuk mencintai alam, serta melestarikan alam. Sehingga mereka akan senantiasa menghargai setiap hasil alam serta menggunakanya secara efisien. Dengan seperti itu, secara tidak langsung konsep pendidikan karakter telah tertanam pada diri siswa.
Konsep Sekolah Alam hendaknya dijadikan teladan untuk pembelajaran di sekolah. Walaupun sekolah biasa tidak sama dengan konsep sekolah alam. Namun, sebagian strategi dan objek pembelajaran di sekolah alam dapat diaplikasikan di sekolah umum. Pengetahuan kearifan lokal dalam proses pembelajaran mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter siswa. Pengembangan kurikulum baru yakni kurikulum 2013 telah mengkonsepkan pemasukan aspek kearifan lokal dalam pembelajaran. Dengan seperti itu, dalam proses pendidikan siswa tidak hanya memperoleh aspek pengetahuan saja, melainkan mereka tetap mendapat pengetahuan tentang kearifan lokal. Dengan mengkombinasikan kearifan lokal dalam pembelajaran, dengan sendirinya akan membentuk karakter siswa. Karena di dalam pengetahuan kearifan lokal terdapat nilai-nilai yang berperan dalam pembentukan kepribadian siswa.

Jumat, 29 Maret 2013

Kekedar Cerita Tantang Kasih Sayang Ibu



Ma’afkan Aku Ibu
Oleh       Junaidah

Embun subuh membasahi bumi. Rasa kantuk masih melanda para umat manusia. Suara adzan subuh telah membangunkan mata seluruh umat islam untuk bergegas menunaikan sholat subuh. Kokok ayam bersahutan pertanda kehidupan terang akan segera dimulai. Seketika dinda terbangun mengambil air wudhu kemudian sholat. Setelah itu dia harus mengerjakan segala urusan rumah, memasak, menyapu, mengepel, mencuci serta menyetrika semua pakaian ia dan ibunya. Setelah semuanya selesai ia mandi berdandan dan lekas berangkat kerja. Tidak pernah ada sapa antara ibu dan anak tersebut.
Dinda masih kecewa dengan ibunya. Dinda masih benci dengan ibunya karena ibunya yang telah menyebabkan ayahnya meninggal dunia 5 tahun yang lalu.
ibunya ditinggal dinda sendiri di rumah. Dinda bekerja dari pagi hingga jam 5 sore setelah itu ia harus mengajarkan ngaji anak-anak yang ada di musholla kampungnya. Setelah selesai dinda pun sibuk di depan laptop hingga tertidur. Ia merasa bahwa ia hidup sendiri di dunia ini.
Tetes hujan masih membasahi bumi, bersama kilauan petir yang menggelegar di langit. Sayup-sayup dedaunan bergoyang-goyang menemani aliran tetesan hujan ke jalanan. Hujan tak henti-hentinya mengucuri seluruh isi bumi. Sunyi senyap hanya sang angin dan badai yang bersahabat. Sore itu dinda sedang pulang bekerja menyursuri jalan menuju rumah dengan berspeda. Seluruh badanya basah kuyup. Gadis berkerudung besar itu selalu pulang kerja sendiri. Ia harus mengendarai sepeda sejauh 10 km dari rumah sampai di tempat kerjanya. ia mengayuh sepedanya dengan santai. Dinda melihat dari kejauhan di perempatan jalan ada seorang ibu-ibu tua yang sedang berjualan. Ibu tersebut menggendong keranjang dan menenteng plastik berisi dagangan. Tubuh renta sang ibu tersebut melangkah dengan sempoyongan sambil berkata “ sayur-sayur.” 
Dinda terus melaju kencang sepedanya mendekati ibu penjual. Tiba-tiba si ibu terjatuh di samping jalan. Dinda menambah kecepatan sepedanya. Kemudian menggeletakkan sepedanya. Dinda dengan segera menghampiri sang ibu.         
“ innalillahi wa inna ilaihi raaji’un, ibu..... ibu tidak apa-apa kan ?” sambil menolong sang ibu untuk berdiri.    
“ tidak apa-apa nak, hanya pandangan ibu yang sudah kabur” sang ibu duduk dengan penuh lesu.
 “jalan sini memang licin dan agak gelap bu jadi lain kali ibu hati-hati ya “  dinda ikut duduk di samping ibu.
“iya nak, ibu juga baru pertama kali lewat sini” ibu tersebut membereskan daganganya yang jatuh.
“ bu, saya , mau beli nasi+sayur ya 2 bungkus“
“iya nak, tunggu sebentar ya”
“ibu umurnya berapa? ibu sudah tua kok jualan padahal seharusnya ibu harus istirahat di rumah“
“ wah kurang lebih 70 tahun nak, ibu hidup sendiri nak, suami dan anak ibu sudah meninggal 30 tahun yang lalu, jadi ibu harus bekerja sendiri untuk bisa makan”
sang ibu meneteskan air mata sambil mengusapnya dengan sapu tangan
“ ma’af ya bu, jadi bikin ibu menangis”         
“tidak apa-apa nak ibu memang sudah biasa seperti ini’’ sang ibu mulai membungkus pesanan dinda          
“ ibu tinggal dimana ?”         
“ibu tinggal di daerah sampangan” 
“ jauh banget bu, jadi dari sana ibu jalan kaki sampai sini“           
“ iya nak, mau naik angkot juga uangnya gak cukup”
Seketika itu ia ingat ibunya yang sedang di rumah sendiri. Betapa kesepian sang ibu ketika setiap hari ia tinggal bekerja seharian. Ia membayangkan betapa hati sang ibu merindukan kasih sayang darinya harta satu-satunya. Selama ini Ia telah menyia-nyiakan ibunya. Tanpa  ia sadari ia telah dibutakan oleh mata kebencian, sehingga ia melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang anak untuk merawat ibunya yang sedang sakit.
Terbesit dalam hati “Ibuku adalah amanah dari allah untuk aku jaga hingga aku berikan semua kasih sayangku kepada beliau. Beliau amanh dari Allah yang harus aku jaga, Namun setelah ayah meninggal aku tak pernah lagi menganggapnya sebagai seorang ibu”     
 Dinda masih saja bengong pandanganya kosong tak tentu arah tujuanya
 “ ini sayurnya nak” dinda kaget dan tersadar dari lamunanya “ iya bu, berapa ini ?”     
 “ sepuluh ribu “ dinda menulurkan uang 50 ribuan “ wah nak ini gak ada kembalianya, kamu tunggu disini dulu ya “           
“ gak usah bu, kembalianya buat ibu saja, buat tambah uang belanja”  
 “ini terlalu banyak nak,”        
“tidak apa-apa bu”    
“ terima kasih ya nak”            
“ saya pergi dulu ya bu, saya harus mengajar ngaji anak-anak yang di musholla” sambil mencium tangan sang ibu.         
“iya nak hati-hati ya”           
“ assalamu’alaikum wr wb”    
“wa’alaikumsalam wr wb”      
dinda  melaju kencang sepedanya namun pikiranya masih terbayang-bayang ibu penjual nasi tadi.  
Selama mengajar ngaji mukanya selalu murung, ia tak fokus dengan mengajar. Dalam pikiranya hanya terfokus pada sang sang ibu yang terbaring tak berdaya di rumah. Ia tak bersungguh-sungguh dalam mengajar ngaji. Dan sering melamun. Ia ingin segera pulang. 
“ kamu kenapa sih din “ tegur vivi teman mushollanya     
“ aku hanya kepikiran dengan ibuku vi”    
“ lho sejak kapan kamu peduli sama ibumu, bukankah selama ini tak pernah peduli dengan ibumu”
“ iya vi, aku baru sadar ternyata selama ini aku salah aku telah durhaka kepada ibuku” sambil menteskan air mata  
“mendingan ngajinya dicukupkan sampai sekian saja, kelihatanya kamu kurang semangat hari ini”     
“iya vi, aku terbebani dengan sikap  salahku kepada ibuku”         
“ ya udah yuk sholat dulu dulu biar hatimu tenang”
“ makasih vi, kamu sahabat yang baik deh” dinda memeluk tubuh sang vivi”                 
mereka berdua sholat \bersama. Setelah itu berdo’a dan memohon ampun kepada allah serta kepada kedua orang tuanya
“ din nanti setelah sholat isya’ aku ikut ke rumahmu ya, aku  ingin lihat keadaan ibu kamu”  
“ iya silahkan saja”    
Setelah selesai sholat isya’ mereka berdua ke rumah dinda dengan bersepeda.
sesampainya di rumah, dinda langsung berlari menuju kamar sang ibu. Ia memeluk erat sang ibu sambil meneteskan air mata “ ibu, maafin dinda ya, selama ini dinda hanya sibuk kerjaan kantor”
“iya nak, tidak apa-apa” si ibu masih lemah terbangun memeluk dinda
“ibu senang kamu sudah sadar” ibu kangen dengan kamu yang dulu
“ ma’afin dinda ya bu, selanjutnya dinda akan lebih meluangkan waktu untuk  ibu, merawat ibu”     
“ iya nak, tetapi jangan sampai melupakan kerjaanmu, juga ibadahmu”
“ya bu” sambil mencium tangan ibu   “ lo yang di luar siapa nak?” sang ibu menengok ke arah pintu.   
“Eh iya itu teman ngajar dinda bu,
“ vivi mari masuk” perintah dinda
   “Iya din”         
Vivi menghampiri ibu dinda dan mencium tanganya           
“Sering-sering main kemari ya nak” 
“ iya bu, kalau ada waktu senggang. Saya pamit pulang ya bu, dinda sudah malam ni”
“ iya nak hati-hati ya”
“Ibu cepat sembuh ya”
tengah malam dinda bangun dan mengambil wudhu ia sholat tahajud kemudian memohon ampun kepada allah atas segala perbuatanya selama ini yang salah.