ANGGAPAN MEREKA
Aku dianggap tinggi oleh mereka.
Hal ini menjadi beban terberat di pundakku.
Tetapi ketika keyakinan itu menyeruak dalam masuk dalam relung jiwa
dan berkata aku siap dan siap apapun yang akan kuhadapi dan kuberikan
Jangan jadikan hal ini sebagai beban, tetapi jadikanlah sebagai amanah yang harus engkau laksankan dengan penuh tanggung jawab
Tetapi ketika keyakinan itu menyeruak dalam masuk dalam relung jiwa
dan berkata aku siap dan siap apapun yang akan kuhadapi dan kuberikan
Jangan jadikan hal ini sebagai beban, tetapi jadikanlah sebagai amanah yang harus engkau laksankan dengan penuh tanggung jawab
Pagi
cerah di bumi desa lambangan desa tercintaku tempat dimana 20 tahun yang lalu
sampai sekarang aku dibesarkan di sana dengan segenap pengalaman suka duka.
Aktivitas pagi seperti biasanya, ketika kumenapaki kembali tempat kelahiranku
tak banyak yang bisa kubantu pekerjaan orang tuaku di sawah. Hanya sebuah
kewajiban untuk mengurus keperluan rumah seperti mencuci baju, mencuci piring,
menyapu dll. Sebenarnya aku merasa kurang pantas, tetapi mau apalagi aku tak
sanggup untuk memberikan bantuan ke sawah.
Pagi
itu kumulai aktivitas menyuci bajuku dengan mengucek semua baju-baju yang telah
direndam dengan deterjen. Setelah semuanya selesai bersamaan dengan terik
matahari pagi yang mulai menghangatkan tubuh seluruh isi dunia aku pergi ke
sungai untuk membilas semua cucianku. Disana aku bertemu dengan tetanggaku yang
sedang mencuci. Beliau sudah tua seumuran dengan nenekku. Beliau tinggal
sendiri di rumah karena anak-anaknya sudah pada berumah tangga dan mempunyai
rumah masing-masing. Nenek tersebut sangat halus bicaranya. Dan telah diketahui
semua orang bahwa nenek tersebut sangat sopan danhalus dalam berbicara.
Ketika
perbincangan mulai mengarah kepadaku. Beliau menganggap aku tinggi. Iya tinggi
karena kini aku sedang menempuh pendidikan tinggi. Beliau memujiku dan
keluargaku dengan kebanggaan. Belaiu salut dengana anak yang bisa melanjutkan
pendidikan di perguruan tinggi. Beliau merendahkan diri dan menceritakan
tentang aktivitas kesehariaanya menjadi buruh atau kuli di sawah. Ya Allah
sungguh beban yang sangat berat bagiku.
Ketika
semua menganggapku tinggi apakah aku sudah layak untuk mendapatkan ketinggian
itu. apakah aku disini sesuia dengan harapan mereka. Apa yang bisa kulakukakn
kelak untuk membuktikan ketinggianku sebagai bagian dari anggota masyarakat.
Apa yang bisa aku berikan untuk mereka para kaum yang berpendidikan rendah.
Apakah aku kelak layak untuk dijadikan inspirator bagi mereka?
Spechless jalan fikirku
berubah drastis. Aku yang mungkin kata orang-orang bisa dianggap pinter dan
tinggi merasa masih belum pantas untuk mendapatkan pujian. Aku yang masih galau
dengan situasi dan kondisi. Aku yang amsih dengan lalainya dengan tanggung
jawab dan kewajiban. Aku yang sering merasa inder dan takut untuk melangkah.
Pantaskah aku menjadi harapan mereka para kaum berpendidikan rendah? Ya Allah
berat sekali pencitraan itu bagiku. Tetapi aku yakin aku akan melakukan
semaksimal mungkin bisa mmeberikan manfaat bagi mereka. Walaupun mungkin saat
ini aku belum bisa memberikan arti bagi mereka dari segi materi dan inspirasi.
Aku yakin dengan kesadaranku aku bisa memberikan arti bagi mereka terutama bagi
keluaragaku. Walaupun hanya sebagai calon guru yang kelak nantinya akan menjadi
guru yang kesehariaanya berhubungan dengan anak SD tetapi yang namanya manusia
selalu berhubungan manusia lain baik muda maupun tua. Semoga aku bisa
memberikan inspirasi dan manfaat bagi mereka di lingkungan tempat tinggalku. J J J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar